Bertumbuh Bersama Tantangan Melacak Warisan Jepang

Selesai sudah Tantangan Melacak Warisan Jepang dari Jaladwara Wisata Arkeologi, Rumah Inspirasi dan Garasi. Total ada lima output yang dihasilkan dari Tantangan 1, yaitu Kunjungan ke RT, Kunjungan ke RW, Kunjungan ke Kelurahan, Kunjungan ke Kecamatan dan Denah

Continue reading “Bertumbuh Bersama Tantangan Melacak Warisan Jepang”

Advertisement

Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 5) : Karya Denah

Menutup Tantangan 1 Melacak Warisan Jepang kami hadirkan denah kreasi Kakak juga data kependudukan di tingkat kecamatan. Jangan lupa untuk melihat review kami di sini tentang tantangan ini, tentang bagaimana Kakak menjalaninya, juga apa yang berkesan bagi kami sebagai orangtua. 

2019_0412_21343700.jpg

2019_0413_22263900.jpg

Sampai jumpa di Tantangan 2 yang lebih seru lagi 🙂

 

Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 4)

Sampai juga di tantangan terakhir bagian 1 Melacak Warisan Jepang. Ada rasa bangga dari saya dan juga Kakak. Kakak bilang aku sekarang udah tahu deh mah kecamatan dan segala-galanya itu haha. Berikut di bawah ini adalah jurnal blog Kakak untuk kunjungan ke kantor Kecamatan.

Continue reading “Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 4)”

Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 3)

Lanjutan dari tantangan Melacak Warisan Jepang dari Jaladwara Wisata Arkeologi, Rumah Inspirasi dan Garasi adalah berkujung ke Kelurahan. Sebelum ke Kelurahan, Kakak penasaran sama KTP anak, lalu apa saja yang ia dapat dari kunjungan kali ini. Berikut laporannya.

Continue reading “Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 3)”

Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 2)

Masih dalam suasana memenuhi tantangan Melacak Warisan Jepang dari Jaladwara Wisata Arkeologi, Rumah Inspirasi dan Garasi, Kakak lanjut mengunjungi Ketua RW. Apa saja yang ditemui dan dirasakan Kakak ? yuk kita simak laporan Kakak berikut ini.

Continue reading “Melacak Warisan Jepang Di Sekitar Rumah (Bagian 2)”

Melacak Warisan Jepang di Sekitar Rumah (Bagian 1)

Memasuki akhir Maret, Kakak mencoba menerima tantangan dari Rumah Inspirasi, Jaladwara Wisata Arkeologi dan Garasi untuk eksplorasi sekitar rumah. Tantangan pertama adalah Melacak Warisan Jepang. Fakta menarik yang ternyata dekat dengan keseharian kita. Tugasnya simple, wawancara Ketua RT, tapi cukup menantang Kakak untuk keluar dari comfort zone. Yuk simak laporan Kakak berikut ini.

 

“Kunjungan ke Pak RT “

oleh : Kakak Malaika

2019_0324_22432600-1.jpg

Hari ini aku ke rumah ketua RT, pak firdaus. Aku bangun lumayan pagi demi explorasi online. Aku sudah lima tahun tinggal di rumah ku tapi belum sama sekali ketemu Pak RT. Aku jalan bersama mamah, bapak, karena aku tidak tahu rumah Pak RT. Nah di sana aku wawancara Pak Firdaus. Ini daftar pertanyaan yang aku siapkan malam sebelumnya.

Inilah yang aku tanya

1. berapa rumah yang dipimpin PAK RT?

2. apa pekerjaan PAK RT sehari-hari?

3. apa suka duka nyaa menjadi ketua RT?

4. ada libur kah pak RT?

5. kalau ada rapat warga di mana?

6. 17 april kan mau pemilu harus gimana persiapan bapak apa?

7. kalau mau rumah rumah aman harus bagaimana?

8. kalau RT harus di pilih kah?

9.  apa syarat nya untuk menjadi ketua RT?

10. berapa lama jadi ketua RT?

11. berapa gaji nya 

2019_0326_09200400.jpg2019_0326_09200700.jpg2019_0326_09201000.jpg

Setelah aku wawancara Pak Firdaus aku jadi semakin tahu. Aku tahu bahwa Pak RT itu suka bagi kue ke warga dan tidak suka mengurus kegiatan warga kalau hujan. Tugas Pak RT adalah melindungi lingkungan dan warga. Pak RT juga memimpin 150 rumah lho. Selain itu Pak RT juga mengurus pemakaman kampung hutan wow hebat yaaa dan repot juga ya heheheh. Kalau mau ikut Pemilu kata pak RT harus berumur 17 tahun dulu sayang anak-anak belum boleh ikut.

Untuk menjadi ketua RT harus bisa baca dan tulis tapi kata nya cuma boleh tiga tahun saja. Namun pak RT sudah menjabat 19 TH lama yahh . Kalau mau lingkungan aman gimana caranya yaa?  Gampang kok kita harus meronda yang meronda warga juga ada satu orang hansip bernama Pak Rojak. .Jadi pak RT itu tidak ada libur nya [tapi di rumah terus kok] hehehe. Pak RT tidak ada gajinya, wah mulia sekali! [seperti sukarelawan]. Oh iya sesekali Pak RT melakukan rapat di posyandu dan di kecamatan.

Pada tugas wawancara ini aku kenal Pak RT juga ternyata RT RW itu warisan Jepang. Sebenarnya aku mau tanya tentang warisan jepang tapi aku takut dia tersinggung kalau dia tidak tahu. Aku suka menulis jurnal dan aku tidak suka wawancara karena malu hehehe. Namun aku bisa melawan rasa malu ku karena aku coba dan coba. Semoga kedepannya lebih percaya diri semangat untuk ketemu pak bu RW. Yey !!

This slideshow requires JavaScript.

Foto-Foto bersama Pak dan Bu RT

 

Demikian laporan kunjungan Kakak artinya selesai sudah Tugas 1 dari Tantangan 1 Eksplorasi Sekitar Rumah, berikutnya mau kemana lagi ya kami ? Tunggu di postingan kami berikutnya yaa..

Pendidikan Adalah Keyakinan

Mencari pendidikan alternatif sudah saya lakukan sejak terpapar oleh Totto-Chan. Saking putus asa, saya sempat berpikir apa perlu nih saya masukin anak saya ke Summerhill (A.S Neill) atau sekolah swasta dengan tuition fee setara MM-UI. Namun setelah riset berkepanjangan, juga menimbang masalah biaya, saya pun nyerah. Mungkin memang pendidikan yang saya idam-idamkan itu hanyalah utopia belaka. Sehingga, pergulatan batin pun berakhir dengan kepasrahan dan memasukan Kakak ke sekolahnya hanya dengan pertimbangan jaraknya dekat dari rumah hahaha. Saya pikir pusing-pusing amat lah mikir cari sekolah ideal, lah emang menurut saya semua sama aja, gitu-gitu aja. “Gitu-gitu aja” yang saya maksud adalah dari zaman saya sekolah sampai sekarang ya tidak terlalu banyak perubahan berarti dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia.

Sampai pada suatu ketika turning point itu hadir, saat beragam masalah saya hadapi terkait perilaku, minat belajar dan minat baca Kakak. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengeluarkan Kakak dari sekolah dan menjadi praktisi homeschooling. Beruntung sekali saat akhirnya berani mengambil jalur pendidikan yang non-mainstream ini membawa saya pada sosok Charlotte Mason (CM).

Gara-gara CM saya jadi terbawa untuk berpikir ulang tentang pendidikan, apa sih pendidikan itu ? Nah lho..!!. Jerman pada masa Perang Dunia menjadikan pendidikan bersifat utilitarian, bahasa kerennya azas manfaat hehe, ya kalo lo gak bisa dipake untuk jadi buruh pabrik, bikin senjata atau jadi tentara, yaudah BYE !! . Ini berhubungan nih sama ucapan yang sering kita dengar “Sekolah yang pintar ya supaya bisa cari duit”, Marxis banget dah..haha, apa iya itu tujuan pendidikan ? mengejar materi ?. Menurut CM “Pendidikan haruslah menyentuh jiwa agar para siswa meminatinya” Bah!! apa pula itu korelasi antara jiwa dan pendidikan?. Jawaban dari pertanyaan ini dikembalikan lagi ke kredo utama pendidikan CM yaitu “Anak adalah pribadi utuh”.  CM menilai anak-anak sering dikecilkan dengan memberikan mereka bubur padahal mereka sebenarnya mampu mencerna nasi. Bahwa buku-buku yang tersaji di sekolah sudah dicerna sebelumnya oleh orang dewasa, sehingga anak-anak hanya mendapat sisa lepehan saja pada buku teks. Absennya ide-ide pada buku teks dan materi belajar anak, telah membuat jiwa anak-anak lapar, budi mereka kesepian. Pastinya bukan ini yang CM mau, untuk apa bergelimang materi dan terkenal kalau budi seseorang menjadi kering, kosong atau bahkan mati.

Lalu, bagaimana membuat budi menjadi hidup dan tumbuh sehat ? untuk hal ini CM menawarkan tidak lain dan tidak bukan….eng ing eng ternyata gak jauh-jauh dari kehidupan saya, BUKU. Buku hidup atau Living Books dengan bahasa sastra yang ditulis tanpa merendahkan anak menurut CM dapat menjadi makanan bagi budi anak. Sama seperti tubuh yang membutuhkan makanan sehat, begitu pula dengan budi asupannya harus sehat. Saat anak melakukan perjamuan ide dengan buku-buku berkualitas, saat itulah budi anak tergugah, pikirannya menari-nari. Apakah dengan begini anak-anak dijamin dapat mengerti dan langsung meresapi karya Orwell ? Harper Lee ? . Tenang sis, CM senang sekali dengan yang namanya proses panjang, baby steps yang perlahan tapi tekun.

Dalam mengasah kemampuan literasi, CM mengajak anak-anak untuk menarasikan bacaannya dengan bahasa mereka sendiri. Orangtua atau guru sebagai fasilitator diharapkan tidak melakukan intervensi terlalu banyak dengan mengajukan pertanyaan komprehensif pada anak. Biarkan saja anak-anak mengolah sendiri bacaan mereka, tugas kita adalah menyajikan sebanyak-banyaknya buku berkualitas. Serta sebuah keyakinan besar bahwa kita percaya mereka bisa mencerna ide-ide besar itu secara mandiri, sama seperti kita percaya tubuh anak dapat mencerna sendiri apa yang mereka makan. Secara bertahap kenalkan bacaan berkualitas pada anak, ikuti kemampuannya, jika terlalu sulit turunkan, jika anak sudah mahir naikkan. Percaya bahwa anak adalah pribadi utuh, percaya bahwa mereka bukan makhluk bodoh dan saat kita merasa ragu ingatlah apa kata CM bahwa education is faith, pendidikan adalah keyakinan.

**Tulisan ini adalah bagian dari narasi perjamuan ide bersama para ibu CMers Jakarta. Difasilitasi oleh Mba Ayu Primadini, selama satu bulan ini kami membahas Bab 1 Self Education  dari Vol.6 Towards a Philosophy of Education

Keluar Dari Sekolah (Bagian 4) : Gara-Gara Totto-Chan

Kalau ditanya kenapa homeschooling rasanya banyak sekali jawabannya sampai bingung mau mulai dari mana, walau intinya sih karena kami galau dengan sistem pendidikan di negara ini. Di blog ini pun saya tulis beberapa alasan mengapa saya pilih homeschooling, sengaja saya share supaya mungkin berguna bagi yang sedang berpikir mau mengambil jalur homeschooling bagi pendidikan anaknya.

Dulu waktu saya kecil ada satu buku yang saya selalu ingat sampai sekarang. Buku itu sangat membekas sekali di pikiran saya sampai saya selalu berkhayal ingin seperti si Gadis di buku itu. Buku Totto Chan : Gadis Cilik di Jendela adalah salah satu buku favorit saya yang karakter dan ceritanya merasuk sampai ke hati :D. Di buku itu sang penulis Tetsuko Kuroyanagi bercerita tentang masa-masa indahnya bersekolah di Tomoe Gakuen, sekolah dasar yang dipimpin oleh Kepala Sekolah bernama Sosaku Kobayashi.

Kenapa Tomoe Gakuen begitu istimewa ? Padahal sekolah ini bukan sekolah dengan biaya bombastis, bukan juga sekolah terkenal atau sekolah dengan sederet piala di ruang guru. Bagi saya, Tomoe Gakuen adalah sekolah yang bersahaja. Pak Kepala Sekolah sangat menghargai karakter dan keunikan masing-masing anak, bagi Kepala Sekolah tidak ada anak yang bodoh, baginya semua anak secara alamiah pintar dan punya rasa ingin tahu yang sangat besar sekali. Sedikit banyak memang gaya mendidik Sosaku Kobayashi mirip dengan Charlotte Mason. Seperti belajar dari alam, bergerak mengikuti musik, habit training dengan membaca berbagai karya sastra serta menganggap anak-anak sebagai pribadi utuh. Tidak pernah Kepala Sekolah menganggap anak-anak itu hanya pribadi kecil yang dikecilkan. Buku Totto Chan juga menggarap banyak sekali isu-isu dalam kehidupan. Beberapa diantaranya adalah soal keberagaman, dalam buku ini tersaji berbagai karakter teman-teman totto-chan, ada yang senang matematika, ada yang disabilitas. Ada juga isu lainnya seperti perundungan yang dapat kita lihat di bab “Masow-Chan”.

Gara-gara buku ini lah dulu saya berkhayal ingin sekali sekolah di sekolah seperti Tomoe Gakuen, apa daya sekolah saya dari TK sampai SMA sampai era anak saya sekolah tidak ada yang mirip sedikitpun hahaha. Saat ini memang sudah banyak sekolah progresif dengan metode belajar yang tidak terlalu kaku, namun biasanya hadir dengan biaya mahal atau dalam satu kota hanya ada beberapa biji sehingga untuk pergi ke sekolah harus lintas propinsi haha. Akhirnya, saya berpikir “Kenapa gak gw bikin sendiri aja itu modelan Tomoe Gakuen?” hehe dan akhirnya saya memutuskan untuk homeschooling. Sambil menunggu sistem pendidikan di negara ini setidaknya mendekati sistem pendidikan di Finlandia, kami rela berjuang dan menikmati proses mendidik anak kami secara mandiri. Sebelum sampai ke arah situ, rasanya homeschooling aja deh. :D. 

Pendidikan Adalah Atmosfer

Minimalist Homeschooler Menghadapi Musim Liburan

Memasuki akhir tahun seperti biasa hiruk pikuk libur mulai terasa terutama di berbagai mall di kota besar. Tentu saja setiap musim liburan menjadi tantangan tersendiri buat saya sebagai orangtua. Tantangannya adalah bagaimana menahan diri untuk memanjakan anak-anak dengan mudah, gimana gak mudah saat setiap mall penuh dengan beragam event dan diskon yang semuanya mengambil manfaat liburan ini untuk menguras dompet orang tua haha. Menjadi sulit bagi saya karena saya sebetulnya mampu-mampu saja menyisihkan sebagian uang untuk belanja berbagai macam mainan dengan misi yang penting anak senang.

Sejak ngikutin The Minimalists dan setelah nonton The Men Who Made Us Spend saya jadi insaf haha. Pelan-pelan saya belajar menahan diri untuk mengurangi budaya konsumtif bagi anak-anak. Lagi-lagi saya bilang, ini tidak mudah. Terutama untuk Kakak yang sudah terlanjur terbiasa beli ini itu entah saat bersama saya maupun Kakek Nenek.

Lalu, bagaimana caranya membuat anak-anak belajar Minimalism ? Bertepatan dengan musim liburan tahun 2018 ini, Kakak ulang tahun ke-9 sehingga saya mengajak dia untuk camping. Ini pengalaman pertama Kakak camping dan tidur dengan sleeping bag dan matras. Di Melrimba Garden ini juga banyak aktivitas outdoor yang cocok untuk anak-anak. Namun, satu yang paling kami suka adalah tea walking ditemani kabut. Alhamdulillah Kakak senang dan sempat bilang “Makasih ya mah aku senang banget camping gini, aku mau lagi tidur di tenda. You’re the best mom ever” ✌😀 . Padahal awalnya saya kira Kakak gak bakal suka beginian, ternyata dia suka dan nagih.

Jadi begini lah homeschooling kami menghadapi musim liburan. Pertama, karena tidak lagi sekolah jadi tidak ada lagi liburan. Saya selalu tekankan ke Kakak bahwa belajar ya kapan aja gak ada liburnya. Terus artinya camping bawa-bawa worksheet ? Ya gak juga dong, belajar kan bukan semata ngerjain soal-soal di kertas. Berkumpul bersama keluarga, menikmati alam, sabar menghadapi kemacetan Puncak, tidur, mandi, makan dengan ketidaknyamanan juga bagian dari belajar. Kedua, minimalism is not self deprivation. Jadi dengan mengusung konsep minimalism bukan berarti menahan diri sampai tersiksa tapi melihat lebih dalam lagi makna dari materi yang kita habiskan. Pilih memanjakan diri dengan shopping, berbagi atau pengalaman yang tidak terlupakan seumur hidup ? . Inget lho Mariah Carey aja udah berkata 😁

I don’t want a lot for Christmas
There is just one thing I need
I don’t care about the presents
Underneath the Christmas tree
I don’t need to hang my stocking
There upon the fireplace
Santa Claus won’t make me happy
With a toy on Christmas day
I just want you for my own
More than you could ever know
Make my wish come true
All I want for Christmas is you

 

So, Presence is the best present. Happy Birthday Kakak ❤

%d bloggers like this: