Tentang Kekuatan Kehendak

Sejatinya tujuan pendidikan adalah pembentukan karakter. Mungkin kita sudah sangat familiar mendengar kalimat “Pendidikan Karakter” seringkali dipakai sebagai tipu daya pemasaran institusi pendidikan. Secara kasat mata orangtua mungkin bisa melihat hasil instan bagaimana anak-anaknya berperilaku baik, tunduk pada berbagai aturan di sekolah. Namun, perilaku baik tidak ada artinya jika tidak berasal dari karakter batin seseorang.

Charlotte Mason (CM) dalam A Philosophy of Education menjelaskan tentang bagaimana karakter seseorang dapat terbentuk dengan baik jika ia dapat mengendalikan kekuatan kehendaknya. Anak dengan kehendak kuat bukanlah anak yang selalu gigih memperjuangkan apa yang diinginkannya, walaupun ia tahu yang diingikannya tidak baik baginya. Merengek meminta permen dan baru berhenti merengek ketika ia sudah mendapatkan permen, bukanlah kekuatan kehendak yang dimaksud CM. Anak dengan kekuatan kehendak adalah anak yang mampu membedakan mana yang ia inginkan dan mana yang ia kehendaki. Mungkin dia menginginkan permen, namun karena ia tahu permen tidak baik baginya maka kehendaknya akan mengatakan tidak. 

Maka tugas pendidik sangatlah berat mengantarkan anak pada pelajaran mengenali perbedaan kehendak dan keinginan. Nasihat dan pesan moral yang diberikan secara gamblang tidak akan berdampak jangka panjang, anak mungkin paham, mungkin sesaat terkesan patuh namun belum tentu ia paham perbedaan apa yang ia inginkan dan kehendaki. Anak harus tahu bahwa orang-orang yang tidak stabil, liar adalah mereka yang tidak dikendalikan oleh kekuatan kehendaknya tetapi mereka dikendalikan oleh hasrat dan dorongan impulsif. 

Lebih jauh lagi kita bisa melihat sebagai akar dari pendidikan karakter, kehendak bisa memanjang hingga ke pendidikan seks atau literasi finansial yang saat ini sedang menjadi tren. Tentu kita sering mendengar teori tentang kapan dan bagaimana mengenalkan dua topik tadi ke anak, bagaimana kita menyusun siasat menyampaikannya ke anak dan sebagainya, ini tidak salah dan patut diapresiasi. Namun, kita lupa bahwa akar dari dua topik tadi adalah kekuatan kehendak. Kapan anak bisa tahu bahwa ini sekedar nafsu belanja dan seks belaka atau apakah ia mempunyai kehendak lain.

Bagaimana kekuatan kehendak ini ditumbuhkan ? selain menyajikan anak-anak pada kisah kehidupan beragam yang tidak menggurui, CM juga mengajak pendidik membersamai anak mengenal dirinya. Anak perlu tahu bahwa setiap manusia sudah dikaruniai Tuhan beragam alat tak kasat mata untuk bertahan hidup, tinggal bagaimana manusia menggunakan alat-alat tersebut. Hasrat, cinta, kehendak, intelektual, spiritual adalah beberapa contoh alat tak kasat mata pemberiaan Sang Pencipta. Anak harus paham bahwa tugasnya di dunia ini adalah mengendalikan kekuatan besar yang ada di dalam dirinya. 

*Catatan narasi Diskusi Kamisan Komunitas Charlotte Mason Jakarta. Buku A Philosophy of Education oleh Charlotte Mason*

Podcast Buat Apa Sekolah : FAQ Homeschooling

Memilih jalur pendidikan yang tidak mainstream tentunya mengundang berbagai pertanyaan. Mulai dari pertanyaan masuk akal sampai pertanyaan yang seharusnya ditanyakan ke Google atau Siri, misalnya “3×5 berapa Gwen ?” “Kamu udah belajar perkalian ?” “Siapa Nabi yang ketiga ?.” Percayalah bahwa pertanyaan seperti ini datang tidak hanya dari anak-anak tapi juga dari orang dewasa. Namun, bukan pertanyaan itu yang akan kami bahas di Podcast kami kali ini.

Di episode ini kami akan membahas pertanyaan-pertanyaan seperti “Homeschooling-nya di mana ?” “Gurunya siapa ?” “Temennya sedikit dong” dan beberapa pertanyaan lain yang sering ditanyakan ke homeschooler. Tentunya bukan saya yang akan menjawab melainkan langsung dari si Kakak nih yang merupakan subjek dari homeschooling ini. Siapa tahu petanyaan-pertanyaan ini berguna untuk kamu yang sedang menimbang untuk homeschooling, fyi aja kalau kami tidak baperan kok kalau pertanyaan ini diulang-ulang dan ditanyakan terus kepada kami hehe. We are happy to answer 🙂 . Tapi kalau males nanya dan ingin tahu jawabannya langsung aja cek Podcast BUAT APA SEKOLAH episode 3.

Buat Apa Sekolah Episode 4 – Ujian Kenaikan Kelas Anak Homeschooling Buat Apa Sekolah

Pernah ada yang tanya, anak homeschooling ujian kenaikan kelasnya kayak gimana sih ? Jawabannya suka-suka orangtua aja hahaha. Mau ujian tertulis, mau lisan, mau bikin proyek bahkan mau gak ada ujian apa-apa juga bisa. Nah, di keluarga kami yang menggunakan metode Charlotte Mason setiap akhir semester ada ujian tertulis, namun menutup tahun ajaran ini kami sedikit improvisasi dengan membuat ujian lisan di podcast. Ada Gwen yang akan menarasikan tiga buku yang ia gunakan selama satu tahun. Sebenarnya ada lebih dari tiga buku yang kami gunakan namun karena keterbatasan durasi jumlah buku pun kami pangkas. Berikut minute by minute episode 4 3.00 Narasi John Muir, Kehidupanku Bersama Alam karya Joseph Cornell 6.25 Narasi Kepulauan Nusantara karya Alfred Rusell Wallace 9.46 Narasi Muhammad karya Martin Lings dan 365 Hari bersama Nabi Muhammad SAW karya Nurdan Damla 15.18 Review Masterly Inactivity tahun ini 17.03 Masterly Inactivity with animals 19.58 Masterly Inactivity dengan membuat event kolaborasi dari anak dan untuk anak di @mindblowinletter
  1. Buat Apa Sekolah Episode 4 – Ujian Kenaikan Kelas Anak Homeschooling
  2. Buat Apa Sekolah Episode 3 – Pertanyaan Yang Paling Sering Ditanyakan ke Homeschooler
  3. Podcast Buat Apa Sekolah? (Do We Need School? Podcast) ENG Version
  4. Buat Apa Sekolah Episode 2 – Buku Sebagai Jimat Homeschooling
  5. Buat Apa Sekolah Episode 1 – Keluar Dari Sekolah

Homeschooling Sosialisasinya Bagaimana ?

Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan pada saya sebagai praktisi homeschooling adalah “Sosialisasinya gimana ?”. Sebenarnya saya bingung kenapa pertanyaan ini lebih sering diutarakan pada mereka yang memilih tidak menyekolahkan anak-anaknya. Padahal pertanyaan yang sama juga layak ditanyakan pada mereka yang bersekolah di sekolah formal. Saya sendiri lebih senang menjawab pertanyaan ini dari sisi kualitas bukan kuantitas. Artinya ketika bicara kuantitas atau seberapa banyak jumlah teman yang dimiliki seorang anak,  oh my..please talk to my Facebook friends list hehe. Di era demokrasi media seperti sekarang ini saya rasa mencari teman bukanlah hal yang sulit, di samping rumah, di sosial media, anak-anak teman, di komunitas, di tempat kursus dlsb yang intinya sekolah bukan satu-satunya tempat untuk mencari teman. Oleh karena itu saya lebih tertarilk melihat sosialisasi lebih ke sisi kualitas. Satu hal yang sebenarnya perlu direnungkan bukan hanya oleh ortu homeschooler tapi juga ortu anak-anak sekolah formal.  

Continue reading “Homeschooling Sosialisasinya Bagaimana ?”