Berangkat dari filosofi tersebut, maka kami sekeluarga sepakat membuat agenda terjun ke alam bebas menjadi rutin. Jika tidak memungkinkan satu pekan sekali yaa setidaknya satu bulan sekali. Setelah sempat camping, terjun ke sawah, hiking sekarang lanjut lagi hiking dengan medan yang lebih menantang. Kebetulan memang Kakak ada bakat kinestetik sehingga di alam ini lah rasanya she found her element. Dulu saya pikir “Wajar lah Kakak gak mau diem, semua anak-anak pasti begitu”, ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Saya lihat pada saat hiking hanya ada tiga anak yang selalu jadi garda depan alias energinya gak habis-habis dan salah satu dari tiga anak itu tentu saja si Kakak hehe.
Untuk hiking kali ini kami barengan sama komunitas Jejak Kecil pergi ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Tidak hanya berjalan mendaki menyusuri hutan, kami juga singgah di curug Cibadak dan melihat Suaka Elang Loji. Saat tiba di Curug setelah mendaki sejauh 2 KM kami berenang dan sempat minum langsung dari air terjun yang juga merupakan sumber mata air. Kakak juga sempat membuat karya seni rock balancing bersama teman-temannya, seni yang membutuhkan konsentrasi dan kalem tingkat tinggi, not bad for a start lah ya hasilnya..hehe.Selain menghasilkan pertemanan baru dan cerita seru, hiking kali ini juga menyisakan pelajaran baru bagi Kakak. Bagi Kakak yang grabak grubuk, hiking sukses membuat dia belajar menahan diri dan stay humble. Siapa sih manusia yang mau sombong ketika berhadapan dengan alam? . Sepulang dari hiking seperti biasa kami santai-santai menikmati perjalanan pulang dengan diskusi ringan.
“Kenapa tadi Kakak jatuh ?” “Iya aku buru-buru. Mestinya aku pelan-pelan aja”
“Now you know…” dalam hati hehe, tapi biarlah dia yang menyimpulkan sendiri. Begitulah kira-kira cerita belajar dari alam kami kali ini. When the world is your classroom, learning is as natural as breathing.